Selasa, 26 April 2011

Ayah yang Hebat

Berikut adalah cerpen dari seorang sahabat FB yang aku copast di note FBnya. sekedar untuk mengenang masa kecilku dan refleksi diri bagi kitra semua. semoga bermanfaat ya..!!! ^_^
dan semoga nantinya aku juga bisa menjadi ayah yang hebat seperti berikut ini,. Aminn, Aminn, Aminn Ya Allah..


“Ayah……” seorang anak perempuan dengan usia 6 tahun berteriak sambil setengah berlari menghampiri ayahnya. Mulutnya manyun. Matanya merah menahan tangis.

“lah lah ada apa ini bidadari kecil ayah kok begitu?” Laki-laki berbadan liat itu berkata dengan ekspresi terheran-heran. Membungkukkan badannya, mengusap pipi anak kecil itu sambil tersenyum ramah.

“ayah…bunda jahat..bunda tak sayang tia..bunda lebih sayang adek…huaaaaaaaa” oh astaga, anak kecil imut nan lucu itu akhirnya menangis. Mengadu kepada ayahnya. Iri dan cemburu akan perlakuan bunda yang dianggapnya berbeda.

“kenapa sayang? Jangan nangis dong.. sayang ayah..kan tia jagoan..” rayu sang ayah. Tangannya bergerak memeluk anaknya. Berusaha meredam tangis yang meledak dari sang anak.

“abisnya..abisnya bunda gak mau main ma tia..bunda juga gak mau nyuapin tia lagi..bunda juga sekarang lebih merhatiin adek…bunda gak sayang tia!” setengah berteriak tia mengungkapkan rasanya. Ah bahkan anak sekecil itu sudah mengenal bagaimana rasa cemburu. Rasa cemburu yang kadang kala begitu jahat membutakan mata, bahkan membuat anak sepolos tia sampai hati berkata bundanya jahat.

Sang ayah tersenyum. Mengusap air mata yang keluar dari mata tia. Mencium kepala anaknya kemudian berkata “sudah…yuk bantu papa nyiram kebun belakang yuk..tar beresnya ayah beliin es krim..asal tia nya gak nangis lagi”

“bener yah?” pelan-pelan wajah mungil nan lucu itu sumringah.

“lah buat apa ayah bohong sayang?”


“Asyiiikkk..ayo kalo gitu ayo…”

………………………………….

Kebun itu terlihat asri walau tidak terlalu besar. Sejuk, ada bale-bale kecil tempat beristirahat. Beberapa macam tanaman bunga berjejer indah disana.

“tia tugasnya siram tanaman pake ember kecil yah..ayah mau rapihin cabang tanaman yang disebelah sana..gimana bisa gak?” ucap ayah dengan nada sedikit menantang.

“yah gitu doang..kecil…” tia berkata sambil menjentikkan ujung tangannya.

Satu baris tanaman…

Dua baris.....

Tiga baris….

Tia mulai terlihat kelelahan menyiram tanaman sambil membawa ember kecil berisi air. Sekali dua menghela nafas. Keringat-keringat kecil mulai bermunculan di mukanya.

“tia kalo capek berhenti aja..istirahat di bale-bale dulu yah..” ayah yang menyadarinya berkata.

“enggak…enggak papa kok yah..tia masih kuat” tia berkata sambil mengusap keringatnya yang terlihat semakin banyak. Masa baru sedikit langsung berhenti, malu sama ayah. Tar eskrimnya dikasih yang kecil pula batin tia.

………………………………….

Dua puluh menit kemudian ayah dan tia sudah duduk di bale-bale. Tia sudah duduk menjuntai. Badan keringetan, nafasnya memburu karena kecapekan.

“gimana? Capek gak kerjanya?” Tanya ayah santai.

“capek lah yah..cuapek banget malah..jadi tar eskrimnya dua ya yah” tia merayu. Memberikan senyum terbaiknya supaya ayah luluh dan mengabulkan pintanya

Ayah tertawa lebar “iya boleh..mmmh tapi tia tau gak satu hal? Sebenarnya berat ember kecil ma air tadi ayah rasa sama loh kayak berat tia dulu waktu masih bayi” timpal ayah

“hah…masa yah? Sama gitu?” tia memasang muka herannya kok bisa ampe tau beratnya sama yah?

“iya sama..dan klo dipikir-pikir hebat juga yah bunda bawa-bawa tia dalam perutnya sampe Sembilan bulan lagi. Lah tia aja keberatan padahal bru bawa gak nyampe setengah jam yah..” ayah berkata pelan.

Tia terdiam, berfikir bener juga kata ayah..gimana bunda dulu yah? Kuat bener bawa-bawa tia


“tia…sebenernya bunda juga keberatan loh..tapi bunda gak pernah ngeluh waktu itu..karena bunda sayang tia..jadi jangan bilang lagi bunda gak sayang tia..masa tia bilang gitu padahal bunda dah bawa-bawa tia diperutnya Sembilan bulan..apalagi tia dah gede sedangkan adek kan masih kecil, belum bisa jalan, belum bisa bantu ayah nyiram kebun, belum bisa minta jajan eskrim..hehe” ayah mengusap-usap kepala tia yang tiba-tiba mendadak terdiam mendengarnya.

Angin berhembus semilir..cabang-cabang pepohonan melambai..kelopak bunga menitipkan wanginya kepada angin..saat itu juga detik itu juga, satu kesadaran ditanamkan kedalam benak tia. Ah keluarga yang hebat ya allah..

“ya udah…yuk ikut ayah beli eskrim di minimarket depan kompleks yuk..tar tia pilih aja eskrimnya..asal jangan bilang-bilang bunda tar ayah dijewer bunda” ayah mengedipkan sebelah matanya ke arah tia. Berharap pelajaran yang dia berikan mengena langsung kepada sasarannya.

“entar aja yah…”

tia tiba-tiba berkata kemudian langsung berdiri. Ayah pura-pura memasang muka heran “lah kok entar?”

“tia mau minta maaf sama bunda dulu..udah ngomong gak sayang bunda..tia juga harus perhatiin adek..kan adeknya masih kecil” tia berkata mantap iya tia salah kok, gak pantes tia bilang bunda gak sayang tia. Gak pantes tia bilang bunda jahat ma tia


Ayah tersenyum “ya udah gih ke kamar, palingan bunda lagi nidurin adek..tar eskrim tia ayah beliin aja yah..”

Tia mengangguk. Matanya berbinar, memutar badan kemudian langsung menghambur kedalam rumah mencari bundanya. Meninggalkan ayahnya yang hebat itu.

Ah keluarga indah nan menyenangkan. Tampaknya aku akan sering bermain melihat keluarga kecil yang telah sering menggetarkan arasyMu dengan doa dan teladan-teladannya ya allah. Semoga mereka selalu berada dalam perlindunganMu..aamiin..

*dan semoga suatu hari nanti aku akan mampu menjadi ayah yang sehebat itu..ayah yang mampu mengajari anaknya dengan kebaikan dengan cara yang halus seperti itu..semoga...*


cerita by : Median Editya

2 komentar: